Selasa, 04 Juni 2013

UN JUJUR ? SIAPA TAKUT


(Saat kejujuran seperti hantu gentayangan)

Salah satu masalah rutin tahunan pendidikan kita saat ini adalah Ujian Nasional. Bukan karena sulitnya melaksanakan Ujian nasional atau sukarnya mekanisme dan tekhnis pelaksanaannya namun masalah Kejujuran hasil akhirnya.
Banyak yang menyangsikan jika hasil Ujian Nasional adalah benar benar hasil kemamapuan siswa yang menjadi pesertanya , banyak pula yang menyangsikan jika pelaksanaan Ujian nasional setiap tahun berjalan dengan proses yang jujur, hal ini bukan tanpa alasan namun timbul karena beberapa temuan dengan bukti dan fakta yang nyata. Lantas kenapa semua ini terjadi ? jika di biarkan akankah membahayakan kualitas generasi yang akan datang ? bisakah UN benar benar berjalan dengan Jujur ?

Kenapa UN sampai tidak Jujur ??
Entah dari mana asalnya , entah dari mulai silsilahnya, namun yang jelas hasil Ujian Nasional terkesan sudah bukan hanya kepentingan siswa yang menjadi pesertanya , namun menjadi gengsi sekolah dimana peserta ujian itu berada, Atau bahkan menjadi gengsi wilayah dimana sekolah itu berdomisili. Sehingga muncullah jiwa kompetisi yang tadinya diharapkan lahirnya kompetisi yang sehat namun pada kenyataannya terjadi kompetisi yang kurang sehat bahkan sama sekali tidak sehat. Ujian nasional yang seyogyanya menjadi barometer kemampuan siswa setelah selama  bertahun-tahun belajar di sekolahnya akhirnya menjadi ajang kompetisi gengsi yang memaksa banyak pihak untuk bungkam dan hanya terdiam mengikuti semuanya. Dan akhirnya yang sering menjadi korban adalah pelaksana pendidikan disatuan paling bawah, dalam hal ini siswa, guru , kepala sekolah atau pengawas. Padahal tak mungkin semua ini terjadi jika bukan karena berasal dari sebuah kebijakan, Namun sampai saat ini entah dimana kebijakan gengsi ini mulai terlahir. Padahal Kejujuran jauh lebih berharga dari pada sekedar gengsi ... ingatlah !!!

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ. وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا
"Kamu harus selalu bersifat jujur, maka sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan membawa ke surga. Dan senantiasa seseorang bersifat jujur dan menjaqa kejujuran, sehingga ia ditulis di sisi Allah I sebagai orang yang jujur."

Namun rupanya hal ini kurang begitu menarik sehingga hampir tanpa makna.
Selain itu hasil UN masih saja di anggap satu satunya hasil yang menentukan lulus atau tidaknya seorang siswa dari sekolahnya, sehingga rasa takut yang berlebihan memaksa beberapa diantara siswa nekad menempuh segala macam cara untuk melaluinya. Jelas ini bertentangan dengan sitem pendidikan kita yang sesungguhnya, karen pendidikan seharusnya memberikan rasa tenang dan nyaman bagi yang menjalaninya bukan menjadi teror yang menakutkan, selain itu dalam pendidikan kita mempercayai adanya Multiple Intelegency dimana anak memiliki kecerdasan yang majemuk, dimana kecerdasan peserta didik tidak hanya di ukur dari kecerdasan matematic atau kecerdasan verbal saja , namun melingkupi kecerdasan ruang dan waktu, kinestetic, intra dan interpersonal, kecerdasan alam serta kecerdasan estetika. Sementara jika hasil UN mendapatkan porsi yang lebih untuk menentukan kualitas kecerdasan peserta didik lantas bagaimana dengan posisi teori  multiple intelegency ini ???

Akankah membahayakan kualitas generasi yang akan datang ? 
Yah... sungguh sangat membahayakan. Bayangkan jika saja semua ketidak jujuran ini benar benar terjadi, berarti berapa banyak dalam setiap tahun kita lepaskan generasi ini tanpa kompetensi yang sesungguhnya harus mereka miliki. Dan ini adalah kebohongan kecerdasan, kebohongan kemampuan yang jauh lebih bahaya daripada kebohongan perkataan karena saat itulah kita mewariskan kebodohan. Selain itu kita akan mewariskan kemalasan bagi mereka yang akan mengikuti UN di tahun yang akan datang, mereka akan beranggapan bahwa untuk lulus UN tak perlu bersusah payah belajar karena toh akhirnya mereka bisa lulus juga sama seperti teman temannya yang lebih menguasai pelajaran, atau mungkin kakak kelas-kakak kelas mereka yang sudah lulus UN akan bercerita pada adik-adik kelasnya agar tak usah sibuk – sibuk belajar karena diapun bisa lulus tanpa harus bersusah payah.
Ketidak lulusan bagi yang memang harus tidak lulus adalah kasih sayang bukan hukuman,  karena mereka kembali diberi kesempatan untuk kembali merevisi dan meningkatkan kualitas kemampuan dirinya sehingga saat dia memasuki rentang usia dan jenjang pendidikan berikut nya dia benar benar memiliki kualifikasi yang sesungguhnya.
Jika saja semua ini terus saja berlanjut maka bukan hal yang mustahil saat persaingan global semakin ketat dimana kita membutuhkan sumberdaya manusia yang siap bersaing dengan negara lain kita malah mengalami dekadensi kecerdasan, dekadensi keterampilan, dekadensi sumberdaya yang jauh lebih bahaya daripada apapun bagi sebuah bangsa.
Lantas akankah semua ini akan terus kita biarkan dna tak segera hentikan ??? Kita bisa mulai saat ini juga.
Di sisi lain kita tak akan mendapatkan data yang reel tentang kemampuan reel dari generasi kita yang sesungguhnnya. sementara kemajuan suatu daerah selain ditentukan oleh aspek kesehatan penduduknya serta daya beli masyarakatnya juga tingkat pendidikan penduduknya.
Benar LULUS dengan hasil memuaskan adalah target dari satu sistem satuan pendidikan yang diikuti oleh peserta didik namun diluar itu, mewariskan kemampuan daya saing dan kualitas jauh lebih  utama.

Bisakah UN benar benar berjalan dengan Jujur ?
BISA....
JUJUR Memang Bukan hal Mudah namun Juga bukan hal yang Mustahil ...
Selain itu dibalik kisah ketidak jujuran UN kita masih mendapati banyak lembaga pendidikan yang masih bisa melaksanakannya dengan JUJUR dan mereka pun bisa sukses. Lantas kenapa masih ada yang takut untuk Jujur ?
  1. Sukses dan tidaknya peserta didik melalui UN ditentukan oleh seberapa besar kemampuan siswa menerima pelajaran selama dia sekolah dan seberapa besar guru mampu mentransfer materi yang di ajarkan. Hal ini jelas berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, artinya jika saja guru, siswa dan semua yang terkait dengan KBM memaksimalkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya maka tak ada alasan untuk anak peserta didik tak mampu menjawab soal soal UN karena soal UN diambil dari materi yang sudah di sampaikan di sekolahnya.
  2. Untuk meningkatkan kualitas KBM di sekolah, perlu adanya sebuah sinergitas dari semua unsur pelaksana pendidikan, baik pengambil kebijakan maupun pelaksana lapangan yang berada di satuan pendidikan. Juga kesamaam misi dan visi di antara guru dengan guru serta guru dengan siswa.
  3. Tingkatkan pengawasan yang sehat dan jujur pula. Karena sebaik apapun sistem yang dirancang jika pada pelaksanaan nya kurang mendapatkan pengawasan yang maksimal dan terprogram dengan kontinyu maka disangsikan dapat berhasil.
  4. Tumbuhkan dalam diri siapapun yang menjadi pendidik bahwa tugasnya mendidik anak bangsa bukan hanya sekedar Pekerjaan tapi lebih dari itu ini merupakan pengabdian. Sehingga dalam pelaksanaannya siapapun yang terlibat dalam proses imfestasi generasi masa depan ini akan melakukan semua pekerjaannya atas dasar nurani dan anggilan jiwa nya bukan karena kepentingan mengumpulkan penghasilan dan dan kebutuhan dirinya saja. Sehingga uang tidak jadi ukuran utama dalam tugasnya.
Setelah ini kita akan bangga berteriak UN JUJUR SIAPA TAKUT ???

Ini hanyalah sebuah tulisan sederhana dari seorang pelaku pendidikan yang bukan siapa siapa dan bukan apa apa namun memimpikan riuhnya negeri ini dengan gemuruh para calon pengukir sejarah Emas Indonesia.. bukan karena rengking korupsinya, atau peringkat kolusinya . namun karena peringkat karakternya kualitas kejujurannya dan pasti berujung pada prestasi emasnya.
Jika ada analisa yang salah sangat wajarlah karena ditulis oleh jari yang sederhana dari seorang pemilik kepala yang sederhana pula...dan beginilah cara kami mencintai negeri ini...

Saatnya kita menorrehkan pendidikan yang membumi dan penuh arti
Bravo Pendidikan indonesia yang tanpa basa basi....

فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِيْنَةٌ وَالْكَذِبَ رِيْبَةٌ
"Maka sesungguhnya jujur adalah ketenangan dan bohong adalah keraguan."

Dari balik heningnya jaman
Oleh : Dadan Hermawan. S.Pd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar