Mentaripun pergi…. Senja baru saja beranjak dan kini rembulan
datang dengan senyum indahnya yang selalu mengembang. Dibawah remang
cahya rembulan yang datang berjatuhan dari sela sela dedaunan yang mulai
mengelam ku coba bersandar pada dinding dinding usia yang masih
terjaga. Hening malam itu kian menusuk tulangku tajam hingga menghujam
di bilik bilik hati seperti sebilah belati. Hah…. Helaan nafasku
memecah sunyi yang baru saja menyalimuti hati yang telah usang di makan
usia, cerita, dan kisah kisah lama. Dikeheningan itu lirih hatiku
berbisik....Masihkah hatiku bersisik ??? …. Aku pun terdiam merangkai
ingatan , mencoba bermuhasabah tentang kisah kisah yang telah beranjak
di telan lembah lembah masa yang tak lagi bersisa.
Perlahan ku angkat kepala pada sandaran tempatku berada, menatap
angkasa yang terlihat amat perkasa dengan hiasan mutiara malam yang
berkerlipan di ujung sana, dan anginpun mengalir semilir hening membawa
harum lembutnya kuncup kuncup melati putih… ya.. malam ini melati itu
semerbak merekah, harumnya mengalir menyisiri lorong lorong sunyi yang
menyepi, mengangkasa diantara kelamnya malam dan menghiasi ruang
raksasa yang tak pernah bertepi. Melati kecil itu kini sedang berbagi,
melati kecil itu kini sedang mewarnai, melati kecil itu kini sedang
memberi arti, melati kecil itu kini sedang mengajari. Ia berbagi wangi
di hening malam yang silih berganti tanpa kembali meminta bakti, ia
mewarnai angkasa yang tak bertepi walau ia tak lebih dari sekuntuk
melati, ia memberi arti bahwa berbagi tak harus selalu memperlihatkan
diri apalagi menagih nagih sanjungan hati . dan ia mengajari bahwa hati
haruslah mampu mewangi seperti sekuntum melati…. Yah melati, Melati
hati.
( Hening hati menyapa Illahi )
Dadan Collection , 131009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar