Minggu, 24 Juli 2011

PROFESIONALISASI BOS SEKOLAH

Hanya Sebuah Kajian Sederhana Pelaku Lapangan
(Dadan Hermawan)

Sebuah harapan itu pun akhirnya datang pula, harapan senyum indah anak negeri ini kembali tampak merekah indah seperti indahnya rekahan bunga-bunga di taman… Bukan karena mereka mendapatkan hadiah undian ataupun jatah Bonus dari tempat yang tak disangka-sangka namun karena akhirnya pemerintah meluncurkan pendidikan gratis untuk anak-anak tingkat SD dan SLTP.
Tentunya sebuah kebahagiaan tersendiri bagi generasi negeri ini, karena setidaknya kebutuhan Pendidikan dasar mereka terjamin. Namun hal ini bukan hal yang murah dan gratis begitu saja, karena pemerintah harus menyediakan anggaran khusus untuk membiayai seuruh belanja pendidikan di tingkat SD dan SLTP dengan menggulirkan program Bantuan Operasional Sekolah atau yang dikenal dengan sebutan BOS Sekolah dengan jumlah anggaran yang tidak sedikit jumlahnya. Sudah lebih dari 5 Tahun program ini bergulir dan sudah banyak anak anak negeri ini menikmatinya, bahkan seharusnya kebahagiann inipun menjadi bagian dari kebahagiaan para pengelola pendidikan di tingkat SD dan SLTP yang jadi objek pelaksanaan program BOS. Karena biaya pendidikan yang asalnya dibebankan pada masyarakat melalui iuran sekolah yang kadang tidak berjalan dengan lancer kini langsung di handle oleh anggaran pemerintah yang juga besaran nominalnya berlipat lipat ganda dari besaran iuran yang biasanya dipungut dari siswa. Namun teryata setelah berjalan lebih dari 5 tahun, program ini dalam pengelolaannya belum juga maksimal, dalam artian memberikan kesamaan manfaat bagi semua sekolah. Masih banyak kekurangan yang menjadi penghambat kelancarannya, salah satu masalah yang sangat terasa adalah tidak meratanya kemampuan tenaga Pengelola BOS disekolah, BOS yang besaran nominal dananya cukup besar dan menggunakan system pengelolaan keuangan yang cukup rumit harus dikelola oleh Guru di Sekolah yang bersangkutan. Yang menjadi masalah adalah tidak semua guru yang mengelola BOS memiliki kemampuan pengelolaan keuangan, sehingga banyak diantara mereka yang kesulitan dalam mengelola dan meng-SPJ kan BOS Sekolah ini yang dilakukan rutin setiap 3 Bulan sekali. Selain itu Beban kewajiban Bendahara yang juga merangkap menjadi Guru yang beban mengajarnya sama dengan guru lain yang tidak mengelola BOS menjadi beban extra sehingga tidak sedikit yang mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya, belum lagi system administrasi keuangannya yang cukup rumit. Bahkan tidak sedikit diantara bendahara BOS yang basic nya murni pendidikan guru dan tidak memiliki basic pendidikan akuntansi untuk menterjemahkan bahasa Administrasinya saja kesulitan apalagi untuk menyusunnya secara benar, ditambah lagi dengan system peng SPJ-an yang terkesan sering berubah-ubah. Tidak salah rasanya jika akhirnya ada harapan jika Pengelolaan BOS ini harus dikelola oleh orang professional seperti dengan memberlakukan TU di tingkat SD khusus untuk pengelolaan keuangan sekolah seperti yang berlaku di tingkat SLTP atau di SD yang sudah memiliki TU khusus pengelolaan keuangan sekolah, sehingga guru yang tugasnya mengajar bisa lebih konsentrasi melakukan tugasnya tanpa harus dibebani dengan beban yang memang bukan keahliannya untuk mengelolanya. Atau kalau tidak mungkin ada pengurangan beban mengajar bagi guru pengelola BOS. Karena bagaimanapun dengan beban tugas mengajar yang sama, dan waktu yang sama akan lebih membuat guru yang merangkap menjadi Bendahara BOS kerepotan, sehingga akhirnya berefek pada kurang maksimalnya guru tersebut dalam memberikan pelayanan pendidikan pada siswanya. BOS memang sebuah solusi tepat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini , namun pengelolaan nya pun menjadi salah satu kunci keberhasilan itu, agar manfaat BOS benar benar bisa dimaksimalkan dan lebih mensukseskan pendidikan yang lebih sukses dari sekarang, maka harus ada langkah konkrit yan salah satunya adalah mengamanahkan pengelolaan BOS sekolah pada orang yang professional di bidangnya, serta meningkatkan pengawasan pengelolaannya agar mengurangi residu-residu apapun yang bisa hadir pada akhirnya. Hal ini hanyalah sebuah ungkapan cinta untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan dinegeri terinta…. Bravo Pendidikan Indonesia.

Senin, 11 Juli 2011

REUNI HATI ALUNI D2 PGSD UPI

Sepuluh tahun sudah kami tinggalkan kampus itu, yah sejak 2002 lalu saat kami menyelesaikan erkuliahan kami di kapus UPI bandung. rasanya sudah cukup banyak yang harus di bagi bersama sahabat-sahabat yang dulu sama sama berjuang menyusuri lorong kampus dan bangku bangku ruangan serta semua yang ada disana untuk sebuah cita cuta yang mungkin sama... maka kami pun sepakat untuk kembali bersama sama mengikatkan kembali simpul simpul hati yang mungkin telah sekian lama tak dieratkan kembali sehingga kian melonggar. maka pada tanggal 5 Juli kemarin acara itu kami gelar.... tema yg diusung adalah REUNI HATI ALUMNI D2 PGSD UPI Angkatan 99-2001 dan bertempat di Auditorium FIP UPI Bandung. memang benar ternyata kerinduan itu sudah cukup mengendap hingga tiap yang saling bertemu pastilah berteriak girang sebagai ekpresi kerinduannya yg sudah kian dalam.. Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan.. hadir pada saat pembukaan ketua Prodi PGSD yang saat ini di jabat oleh Bp. Suyitno dan ketua IKMA PGSD Indonesia yang di wakili oleh sekretarisnya yakni Bp. Salimi.
sementara dari pihak alumni yang hadir sekitar 80 orang belum dihitung dengan pasikan cilik dan para pendampingnya yang kebetulan dibawa saat itu.. acara berlangsung dari pagi hingga pukul 02.30. adapun yang tidak bisa hadir memang karena mereka memiliki kesibukan dan agenda yang tidak bisa ditinggalkan, jadi bagi mereka hanya meninggalkan keinginan yang tak kesampaian he he....
Terima kasih sahabatku.. kalian telah membuktikan bahwa hati kita kan tetap menyatu hingga akhir waktu, mudah mudahan kita masih diberi usia untuk kembali berjumpa di pertemuan Reuni Hati yang akan datang... Bravi Alumni PGSD BS UPI Bandung.. Solid tiada akhir.......... :-)