Selasa, 04 Juni 2013

SAAT TERLENA

( Februari 2008 )
Kisah pencarian

Ketika mentari merangkak pergi beranjak meninggalkan merahnya senja di sore ini, hening gulita malampun mulai datang menyapa disambut riuh mengalun gamelan malam yang kian bersahutan. Diberanda itu ku duduk bersandar pada heningnya dinding dalam remang – remang cahya rembulan yang jatuh ditubuhku lalui sela – sela dedaunan yang tenang bergoyang diterpa lembutnya angin malam. Sesaat ku tatap hening wajah sang rembulan di balik dedaunan, indah…., benar – benar indah ditengah kegelapan yang kian menelan.
Begitu tenang malam ini….., heningnya begitu menyentuh satu ujung masa laluku, masa ketika aku terlena dalam buaian angan dan harapan, masa ketika aku terlupa bahwa hidup tak bisa diubah begitu saja, saat ku memaksa semua harus bisa berubah, berubah bagaikan setetes air dalam cawan hiasan.
Malam ini senyuman rembulan dan gulitanya alam kian mengingatkanku bahwa aku keliru, keliru karena telah mencoba pergi meninggalkan indahnya kegelapan gulita, kini kusadari bahwa semua akan terasa indah jika berlalu mengalir bagaikan rembulan yang selalu melaju pada waktu, begitu indah saat ku bertemu begitu tenang saat dia dating dan begitu bermakna ketika ia menyapa, namun semua ini terasa indah karena ada kegelapan, karena dia berada di antara gulitanya malam, dan ketika dia berlalu menikmati waktu, lantas kenapa ku harus berlalu.
Ketika malam terasa menyesakkan……, ternyata bukan karena kelam yang datang dengan keheningan tapi karena ku keliru termenung dibawah awan yang pekat ditengah malam, menanti rembulan disaat terlelap di ujung waktu, hingga ia terdiam susuri lorong waktu yang terus berlalu. Tapi malam ini keheningan itu kian berseri, gulitanya malam kian tenang, dan indahnya rembulan terasa menentramkan.
Terlalu panjang malam - malam yang kulalui selama ini, tiap titik cahaya terasa begitu berharga dan selalu menjadi cita – cita. Bahkan ku bias berbuat teramat banyak hal tuk bias lalui gelapnya malam – malam itu. Semakin kelam malam membuatku semakin rindu pada mentari pagi, mentari yang ku anggap bisa berikan kehangatan dan indahnya pelangi di tetes – tetes air yang berjatuhan.
Pagi itu ku terbangun dari keheningan, sejenak mataku memandang jendela tua rumahku yang merah diterpa cahya mentari. Pagi itu kudapati mimpi indahku, kutemui mentari pagi, kudapatkan indahnya cahya yang selama ini tiada. Dan malam ini kudapatkan indahnya keheningan malam yang selama ini melenakan. Kini ku tak takut lagi hadapi semua sisa malamku, tapi ku tak tahu hingga kapan mentari itu berikan cahya pada hari – hariku. Hanya satu dariku temani sepi dalam indahnya malamku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar