Tiba tiba suara
adzan senja menggema memecah hati – hati yang hampa dan jiwa jiwa yang
terlena, suasana kian gulana hatiku kian tak kuasa, tanpa kusadari air
mata itu memaksa menyeruak dari balik kedua mataku yang tak lagi kuasa
saat kulihat tarikan napas terakhir dari leher perempuan penuh cinta di
genggaman perpisahan yang tak kan terlupakan. Senyap hatiku sepi jiwaku
seperti sepinya hari itu dibalik takbir – takbir adzan pada senja yang
terasa amat merana. Lirih mulutku menguntai sebait doa INNA LILLAHI WA
INNA ILAIHI ROJIUN. air mataku pun tak kuasa kujegal agar tak
terurai......
Kini perempuan penuh kasih sayang itu terkujur kaku, ada yang memaksa menyeruak sesak di balik heningnya dadaku nan kelu, Kucoba menatap wajahnya ! terlintas segala kebaikan dan kesabaran sepanjang hayatnya yang tak pernah sempat kubalas, ku tatap wajahnya....! terbayang betapa belum berharganya aku baginya. Ingin rasanya ku ajukan tawaran pada dinding-dinding takdir agar di beri sedikit kesempatan lagi uintuk berbakti , ingin rasanya diberi lagi kesepatan tuk bungakan hatinya walau hanya sekejap saja. namun semua telah berakhir dengan sunyi dan tak akan pernah kembali.
Masih ku ingat senyum tulus itu yang slalu jadi pelipur laraku dan penghapus gundahku.... kini, semua hanya tinggal penggalan kenangan indah diberanda takdir bersamanya...bibirnya tak akan lagi menguntai senyum lembut bagiku, untaian kata indahnya tak akan lagi menemani saat gundahnya hatiku, belaian tangannya tak akan lagi menentramkan kegelisahanku, semuanya baru saja berlalu dihadapanku, dan ia berlalu saat ku merasakan betapa berharganya ia bagiku..
Dari dinding pedih penuh perih hatiku berbisik lirih.... Ibu, Teramat mulia engkau bagiku…..! teramat indah kau untukku …namun betapa sering ku mengurai air matamu…! Betapa jarang kubahagiakan hatimu......! betapa ku sering menyia – nyiakan kilau permatamu......, Maafkanlah aku ibu…………….!
Seperti ranting –ranting yang tetap terdiam ikhlas tapa lelah menopang beban dedaunan dan kaki kaki singgah burung-burung nan riang berkicauan... hingga usia mengusang dan engkau berpulang... seperti itulah bahkan lebih dari itulah dirimu............
Seperti akar yang kuat mencngkram dan menghujam menyangga tinggi pohon-pohon besar dari terpaan badai nan menyeramkan....walau engkau tertanam tak pernah sempat tampak pada pandangan... ... seperti itulah bahkan lebih dari itulah dirimu............
Seperti mentari yang menyinari tanpa caci dan tak pernah berhenti, seperti rembulan yg terang remang menenangkan, seperti semilir angin nan tenang menenggelamkan walau tanpa balasan...seperti bintang yang bekerlipan indah jadi panduan pengembara malam... dan seperti semua pemilik kebaikan yang tak mampu lagi kulukiskan...
Dan kini baru kusadari ...bahwa memandangnya adalah kedamaian, bersamanya adalah limpahan kerlip mutiara keindahan....menyentuhnya adalah samudra berkah yang tak berkesudahan. Dan harumnya tetesan- tetesan peluhnya itu tuk setiap harapan agar ku tak lagi kesusahan adalah cinta trindah yang takkan tergantikan.....
Ibu ....kian ku mengingatmu betapa kian ku malu padamu....
Malu saat teringat masih saja ku bebani ingatan sucimu, malu saat ku masih resahkan indahnya hatimu, malu saat ku masih meneteskan bulir-bulir permata air matamu, dan malu saat ku masih tak mampu membahagiakan taman hatimu.... sementara ku masih saja bersemunyi di balik kata kata usang “Maafkan aku ibu....”
Ibu....Izinkan kini ku mengenangmu... saat ku jumpai engkau tlah terbujur kaku terdiam dan membisu...
maafkanlah aku... maafkanlah atas semua tetesan air matamu dariku... Maafkanlah atas tak berbaktinya akau pada hari – harimu... Maafkan lah aku dari lalainya tuk pahami hatimu bahwa engkau sangat menyayangiku..
Janjiku..... diantara sujud-sujud malamku kan slalau ku haturkan do’a cintaku hanya untukmu...
Hanya satu harapanku... kita kan diperjumpakan kelak ditaman jannah indah penuh mahabbah disana...
tunggulah aku ibu...
Ibu ...Sungguh aku mencintaimu....
(Saudaraku.......... Mulyakanlah Ibumu... sebelum kau menjumpainya terbujur kaku ...:-( )
Bumi Alloh....8 Juli 2010 .... diantara kilauan mutiara terpendam
Kini perempuan penuh kasih sayang itu terkujur kaku, ada yang memaksa menyeruak sesak di balik heningnya dadaku nan kelu, Kucoba menatap wajahnya ! terlintas segala kebaikan dan kesabaran sepanjang hayatnya yang tak pernah sempat kubalas, ku tatap wajahnya....! terbayang betapa belum berharganya aku baginya. Ingin rasanya ku ajukan tawaran pada dinding-dinding takdir agar di beri sedikit kesempatan lagi uintuk berbakti , ingin rasanya diberi lagi kesepatan tuk bungakan hatinya walau hanya sekejap saja. namun semua telah berakhir dengan sunyi dan tak akan pernah kembali.
Masih ku ingat senyum tulus itu yang slalu jadi pelipur laraku dan penghapus gundahku.... kini, semua hanya tinggal penggalan kenangan indah diberanda takdir bersamanya...bibirnya tak akan lagi menguntai senyum lembut bagiku, untaian kata indahnya tak akan lagi menemani saat gundahnya hatiku, belaian tangannya tak akan lagi menentramkan kegelisahanku, semuanya baru saja berlalu dihadapanku, dan ia berlalu saat ku merasakan betapa berharganya ia bagiku..
Dari dinding pedih penuh perih hatiku berbisik lirih.... Ibu, Teramat mulia engkau bagiku…..! teramat indah kau untukku …namun betapa sering ku mengurai air matamu…! Betapa jarang kubahagiakan hatimu......! betapa ku sering menyia – nyiakan kilau permatamu......, Maafkanlah aku ibu…………….!
Seperti ranting –ranting yang tetap terdiam ikhlas tapa lelah menopang beban dedaunan dan kaki kaki singgah burung-burung nan riang berkicauan... hingga usia mengusang dan engkau berpulang... seperti itulah bahkan lebih dari itulah dirimu............
Seperti akar yang kuat mencngkram dan menghujam menyangga tinggi pohon-pohon besar dari terpaan badai nan menyeramkan....walau engkau tertanam tak pernah sempat tampak pada pandangan... ... seperti itulah bahkan lebih dari itulah dirimu............
Seperti mentari yang menyinari tanpa caci dan tak pernah berhenti, seperti rembulan yg terang remang menenangkan, seperti semilir angin nan tenang menenggelamkan walau tanpa balasan...seperti bintang yang bekerlipan indah jadi panduan pengembara malam... dan seperti semua pemilik kebaikan yang tak mampu lagi kulukiskan...
Dan kini baru kusadari ...bahwa memandangnya adalah kedamaian, bersamanya adalah limpahan kerlip mutiara keindahan....menyentuhnya adalah samudra berkah yang tak berkesudahan. Dan harumnya tetesan- tetesan peluhnya itu tuk setiap harapan agar ku tak lagi kesusahan adalah cinta trindah yang takkan tergantikan.....
Ibu ....kian ku mengingatmu betapa kian ku malu padamu....
Malu saat teringat masih saja ku bebani ingatan sucimu, malu saat ku masih resahkan indahnya hatimu, malu saat ku masih meneteskan bulir-bulir permata air matamu, dan malu saat ku masih tak mampu membahagiakan taman hatimu.... sementara ku masih saja bersemunyi di balik kata kata usang “Maafkan aku ibu....”
Ibu....Izinkan kini ku mengenangmu... saat ku jumpai engkau tlah terbujur kaku terdiam dan membisu...
maafkanlah aku... maafkanlah atas semua tetesan air matamu dariku... Maafkanlah atas tak berbaktinya akau pada hari – harimu... Maafkan lah aku dari lalainya tuk pahami hatimu bahwa engkau sangat menyayangiku..
Janjiku..... diantara sujud-sujud malamku kan slalau ku haturkan do’a cintaku hanya untukmu...
Hanya satu harapanku... kita kan diperjumpakan kelak ditaman jannah indah penuh mahabbah disana...
tunggulah aku ibu...
Ibu ...Sungguh aku mencintaimu....
(Saudaraku.......... Mulyakanlah Ibumu... sebelum kau menjumpainya terbujur kaku ...:-( )
Bumi Alloh....8 Juli 2010 .... diantara kilauan mutiara terpendam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar