Jumat, 11 Juni 2021

CORONA VS PHUBBING VIRUS

Penulis: Dadan Hermawan, M.Pd.

Kondisi penyebaran virus corona yang tak juga kunjung reda menjadi salah satu penyebab proses Pendidikan hingga saat ini masih menggunakan model PJJ. Ini mungkin salah satu pilihan yang dianggap paling rasional untuk dilaksanakan. Namun ada hal baru yang juga harus diwaspadai bahayanya, karena tidak kalah mengerikan dari bahaya terjangkiti virus Corona, yakni semakin dekatnya anak-anak bahkan lengket dengan sebuah benda pintar yang Bernama gawai, handphone, gadget atau apapun itu istilahnya.

Pembelajaran Jarak jauh secara umum masih dimaknai pembelajaran yan gmenggunakna fasilitas teknologi komunikasi, dan yang paling popular adalah gawai. Dalam kondisi normal, keberadaan gawai sudah banyak menimbulkan permasalahan baru bagi anak-anak bahkan orang dewasa, padahal intensitas anak-anak dengan gawai masih bisa dibilang ada keterbatasan. Hari ini gawai sudah menjadi menu sarapan dan makanan wajib serta menu penutup pembelajaran bahkan teman hidup anak-anak. Sebelum Corona datang saja sudah banyak korban kecanduan gawai akibat kelalian orang tua dalam memberikan hak kepada anak untuk menggunakan gawai. Banyak orang tua yang salah kaprah dan tidak bijak dalam memberikan akses gawai kepada anak-anaknya, mereka tidak membatasi waktu dan kontennya, tidak pula mengawasi apa yang dilakukan anak pada gawainya dan pengaruh apa yang muncul pada anaknya karena semakin sulit dipisahkan dari gawainya. Tidak sedikit pula orang tua yang menjadikan gawai sebagai pola asuh dan alat untuk menemani anaknya main agar tidak mengganggu aktivitasnya.

Sekilas orang tua pun banyak yang menganggap mereka dianggap sudah menunjukan rasa sayangnya kepada anaknya jika sudah memberikan gawai atau hanphone terbaru sesuai dengan keinginan anaknya. Padahal jika orang tua tidak smart dalam memberikan dan mengawasi anaknya dalam menggunakan smartphone tersebut, sesungguhnya mereka sedang menyiapkan kuburan bagi anaknya sendiri. Anak-anak yang sudah sulit dipisahkan dari gawai, waktunya nyaris sudah habis Bersama gawai sesungguhnya sedang perlahan-lahan dikubur hidup-hidup berbagai kecerdasan dan kompetensinya.

Benar jika teknologi itu adalah berkah bagi kita di jaman ini, namun teknologi itupun bagaikan pedang bermata dua bagi yang tidak pandai dan bijak dalam menggunakannya. Butuh dibekali dengan keterampilan dan kecerdasan baik dalam mengoperasikannya, memahami regulasi penggunaannya, dan kecerdasan social emosional sebelum menggunakannya.

Ada satu virus yang mengintai anak-anak kita yang kian dekat dengan gawai, ialah PHUBBING VIRUS. Virus yang menurut saya sebagai seorang pendidik, tidak kalah mengerikan dan bahayanya dari virus Corona jika tidak segera diatasi dan diantisipasinya.

Apa itu PHUBBING ?

Ayah bunda, Phubbung adalah sebuah istilah tindakan acuh tak acuh seseorang di dalam sebuah lingkungan karena lebih fokus pada gawai dibanding membangun sebuah percakapan dengan orang lain. Banyaknay fasilitas dan aplikasi yang menawarkan nyaris semua hal pada gawai menjadikan siapapun penggunanya yang tidak memiliki kendali diri akan merasa betah berlama-lamaan dengan gawai. Mungkin bagi Sebagian orang diangap hal biasa karena mereka banyak yang tidak paham apa yang sedang terjadi pada kondisi psikis anak Ketika berlama-lama dengan gawainya. Phubbing mengakibatkan anak-anak kehilangan kepekaan social, melemahnya spirit dan motivasi belajar di sekolah, bahkan semakin kehilangan keperdulian terhadap dirinya sendiri karena yang ada dalam pikirannya hanya tentang apa dan bagaimana hal-hal baru dalam gawainya.

Terkadang orang tua pun salah persepsi tentang bahaya gawai, banyak orang tua yang mengira jika bahaya gawai itu akibat konten yang ada di dalamnya, padahal bahaya gawai yang pertama adalah intensitas kebersamaan dan kedekatan anak dengan bendanya setelah itu baru kontennya. Anak yang sudah mulai sulit lepas dari gawai apalagi sampai marah saat gawainya diambil sudah menunjukan gejala kecanduan dan dapat dipastikan akhirnya akan terkena Phubbing virus.

Perilaku Phubbing merupakan perilaku negatif yang menjadi benih-benih sikap intoleran, radikalisme, bahkan hingga terorisme. MASIHKAH KITA HANYA SIBUK MEMIKIRKAN BAHAYA CORONA TANPA MEMIKIRKAN PULA MENCEGAH TERJADINYA PENDEMI PHUBBING BAGI ANAK-ANAK KITA YANG SUDAH NYATA ADANYA.