Sabtu, 06 November 2021

RAKER FORUM TBM KABUPATEN SUBANG

Pengurus Forum TBM Kab. Subang

 Forum Taman Baca Masyarakat (Forum TBM) Kabupaten Subang yang telah terbentuk beberapa waktu yang lalu akhirnya mengadakan rapat kerja pertama pada tanggal 5 - 6 November 2021 yang dilaksanakan di daerah desa wisata cibeusi subang, yakni di kawasan wisata Curug Ciangin. 

Rapat kerja ini selain untuk semakin mengokohkan kebersamaan antara para pengurus baru Forum TBM Kabupaten Subang tentunya untuk merancang dan mendiskusikan tentang apa dan bagaimana organisasi literasi ini akan bergerak ke depannya. Raker Forum TBM ini dihadiri oleh seluruh pengurus Forum TBM Kabupaten Subang. 

kegiatan raker dimulai dengan silaturahmi forum, yakni dengan kegiatan saling berkenalan. karena walau sudah berkali-kali bertemu melalui media maya saat melaksanakan Zoom meeting dan yang sejenisnya, namun baru kali inilah semua anggota forum baru dapat bertemu secara langsung. 

setelah magrib kegiatan rapat koordinasi dilanjutkan dengan pembahasan rencana program kerja forum TBM Kabupaten Subang. setelah kegiatan dibuka oleh Bapak Hasanudin selaku pimpinan daerah Forum TBM Kabupaten Subang, kemudian dilanjutkan dengan tehnis dikusi rencana program, setelah itu para peserta berkumpul mengadakan sidang komisi yang dipimpin oleh para ketua bidangnya masing-masing. Selesai rapat komisi dilanjutkan dengan kegiatan sidang pleno untuk sharing dan mematangkan setiap program yang diajukan dari setiap divisi untuk dijadikan rancangan program kerja yang utuh. hasil raker melahirkan rancangan program kerja Forum TBM Kabupaten Subang.

Setelah selesai kemudian rapat koordinasi di tutup sementara untuk istirahat  malam. esok paginya dibuka dengan aktivitas obrolan ringan di depan unggun tentang banyak hal. kegiatan ditutup dengan bersama-sama mengunjungi air terjun yang tidak jauh lokasinya dari tempat melaksanakan raker, kemudian makan bersama dan ditutup lalu pulang. 

Sebelum pulang para pengurus menyempatkan diri mendatangi kang Ajiji sebagai selah satu pengurus Forum TBM Kabupaten Subang yang sedang menjalani therafi penyembuhan penyakit yang dideritanya. 


Selamat berjuang mengaktualisasikan mimpi-mimpinya para pejuang literasi masyarakat kabupaten subang... 


PEMBAGIAN NOMOR REGISTRASI KEPALA SEKOLAH

 

Sesaat setelah pembagian sertifikat nomor registrasi Kepala Sekolah (NUKS)

Dalam jenjang karir seorang guru dapat naik menjadi calon kepala sekola dan akhirnya menjadi kepala sekolah, dalam prosesnya seorang guru dapat menjadi kepala sekolah setelah mengikuti serangkaian tes dan pelatihan yang lamanya 3 bulan. 

Namun untuk angkatan saya sedikit berbeda dan special, karena lamanya proses dari seleksi hingga mendapatkan nomor registrasi kepala sekolah bukan hitungan bulan namun hitungan tahun yakni sekitar 4 tahun. Hal ini terjadi karena setelah proses seleksi/tes substansi ke proses diklat calon kepala sekolah (OJT) masa penantiannya sangat lama sekali yakni hampir 4 tahun. hal ini terjadi karena banyak faktor dan dinamika kondisi sosial politik di kabupaten kami.

Setelah melewati masa diklat calon kepala sekolah pada 4 Agustus 2021 hingga 26 oktober 2021 maka sekitar dua pekan setelahnya yakni tanggal 4 November 2021 kami sudah mendapatkan sertifikat nomor registrasi kepala sekolah atau kalau dulu disebut NUKS. Nomor ini menjadi tiket atau tanda seseorang sudah layak menjadi kepala sekolah dan di mana pun ia berada di wilayah republik Indonesia, ia dapat dan berhak menjadi kepala sekolah. 

Jalan panjang penantian dan perjuangan itu akhirnya berakhir, mudah-mudahan tidak harus kembali berjuang dan bersabar untuk menanti masanya penugasan dan pelantikan kami untuk mengeban amanah kepala sekolah, karena secara hitungan angka di daerah kami terdapat kekosongan ratusan sekolah yang tidak memiliki kepala sekolahs ecara devinitif, sementara kami yang baru saja mendapatkan sertifikat nomor registrasi jumlahnya hanya 33 orang. artinya masih sangat banyak kebutuhan kepala sekolah di lapangan. mudah-mudahan pencapaian yang telah kami dapatkan semakin menundukan hati dan menggugah kesadaran untuk terus melakukan banyak hal untuk pendidikan.

Minggu, 24 Oktober 2021

GELAR KARYA CALON KEPALA SEKOLAH TAHUN 2021

 

Kunjungan dari Ibu Ajizah LPMP Jabar, Ibu Kabid & Bapak Kasi dari BKPSDM Subang

Proses untuk menjadi kepala sekolah di tahun 2021 merupakan masa transisi ke masa rekrutmen calon kepala sekolah melalui jalur program Guru Penggerak. tahun 2021 ini wacananya adalah tahun terakhir proses diklat calon kepala sekolah digunakan dalam merekrut calon kepala sekolah. Di tahun 2022 akan dimulai proses pengangkatan kepala sekolah diambil dari para lulusan program guru penggerak, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan di sekolah. 

Pada proses pembentukan calon kepala sekolah di tahun 2021 ini setelah peserta lulus tes substantif maka dilanjutkan ke Diklat calon kepala sekolah atau yang dikenal dengan istilah On The Job Training yang dilaksanakan oleh LP2KS dan bekerjasama dengan LPMP Jawa Barat. 

Pada pelaksanaan diklat ini para calon kepala sekolah harus melewati beebrapa tahapan diklat, setidaknya 4 tahapan harus dilalui mulai dari On The Job Training (OJT) 1 berisi pengenalan tehnis pembekalan dan pendahuluan kegiatan pembekalan yang dilaksanakan secara daring. kemudian lanjut ke kegiatan In Servive Training 1 (IST 1) yang dilaksanakan secara luring, pada kegiatan IST 1 ini peserta dibelkali oleh berbagai konsepsi umum dan kepemimpinan yang harus dikuasai oleh calon kepala sekolah dan materi kepemimpinan calon kepala sekolah, serta mempersiapkan berbagai instrumen yang akan jadi bekal pada kegiatan berikutnya. Kegiatan dilanjutkan ke On The Job Training 2 (OJT) 2, pada OJT 2 ini para peserta diklat melaksanakan aksi nyata di sekolah magang 1 dan magang 2. ada 3 kegiatan pada OJT 2 yaitu melaksanakan Rencana Proyek Kepemimpinan (RPK), dengan menggali kondisi sekolah magang 1 kemudian calon kepala sekolah menawarkan solusi dan melaksanakannya dalam 2 siklus yang nanti akan dievaluasi dan direfleksi. 

Kegiatan kedua yaitu Kajian Manajerial, kegiatan ini adalah kegiatna menganalissi rapot mutu sekolah di sekolah magang 1 dan magang 2, kemudian mengobservasi dan diskusi dengan semua warga sekolah. pada kegiatan ini calon kepala sekolah menggali indformasi sebanyak-banyaknya dan menggali rapot mutu sekolah. dari hasil menggali tersebut harus mampu memotret kondisi real sekolah, kekuatan dan kelemahan sekolah, yang kemudian berdasarkan setiap indikator rapot mutu sekolah para calon kepala sekolah harus memberikna rekomendasi perbaikan.  

Kegiatan terakhir adalah Peningkatan Kompetensi (PK), pada kegiatan ini para calon kepala sekolah yang sebelumnya sudah mengikuti tes AKPK atau tes kompetensi dasar kepala sekolah, dari tes AKPK ini setiap calon kepala sekolah dapat mengetahui kompetensi apa yang paling lemah dari dirinya, dan dari kelemahan tersebutlah para calon kepala sekolah memperbaikinya dengan magang di sekolah magang 2 bersama mentor 2. jadi pada kegiatan PK ini para calon kepala sekolah belajar banyak tentang kompetensi kepala sekolah di sekolah magang 2 bersama mentor 2. 

Selesai melaksanakan OJT 2 para calon kepala sekolah akan memasuki tahap terakhir dari proses diklat kepala sekolah yaitu kegiatan In Service Training 2 (IST2). pada kegiatan IST 2 ini ada dua kegiatan utama yaitu gelar karya dan presentasi laporan hasil kegaitan OJT 2. pada kegiatan gelar karya ini para calon kepala sekolah harus memaerkan atau mempertunjukan semua aktivitas di kegiatan OJT 2 yang dilaksanakan selama 2 bulan di lapangan. Pada IST 2 ini dilaksanakan pula presentasi satu persatu para calon kepala sekolah  di hdapan para peserta yang lain dan dinilai oleh pengajar diklat dari LPMP. para peserta presentasi bisa saling bertanya dan menggali informasi dari temannya yang presentasi

Kelas A peserta Diklat Cakep 33 Subang

Itulah secara singkat gambaran proses kegiatan diklat calon kepala sekolah yang kami lalui di calon kepala sekolah kabupaten Subang yang tergabung pada kelompok Subang 33. 

Mudah-mudahan diklat ini benar benar mampu meningkatkan kompetensi para calon kepala sekolah dan mampu mengaktualisasikannya kelak di setiap sekolah yang dipimpinnya.

Kelas B peserta Diklat Cakep 33 Subang


Jumat, 11 Juni 2021

CORONA VS PHUBBING VIRUS

Penulis: Dadan Hermawan, M.Pd.

Kondisi penyebaran virus corona yang tak juga kunjung reda menjadi salah satu penyebab proses Pendidikan hingga saat ini masih menggunakan model PJJ. Ini mungkin salah satu pilihan yang dianggap paling rasional untuk dilaksanakan. Namun ada hal baru yang juga harus diwaspadai bahayanya, karena tidak kalah mengerikan dari bahaya terjangkiti virus Corona, yakni semakin dekatnya anak-anak bahkan lengket dengan sebuah benda pintar yang Bernama gawai, handphone, gadget atau apapun itu istilahnya.

Pembelajaran Jarak jauh secara umum masih dimaknai pembelajaran yan gmenggunakna fasilitas teknologi komunikasi, dan yang paling popular adalah gawai. Dalam kondisi normal, keberadaan gawai sudah banyak menimbulkan permasalahan baru bagi anak-anak bahkan orang dewasa, padahal intensitas anak-anak dengan gawai masih bisa dibilang ada keterbatasan. Hari ini gawai sudah menjadi menu sarapan dan makanan wajib serta menu penutup pembelajaran bahkan teman hidup anak-anak. Sebelum Corona datang saja sudah banyak korban kecanduan gawai akibat kelalian orang tua dalam memberikan hak kepada anak untuk menggunakan gawai. Banyak orang tua yang salah kaprah dan tidak bijak dalam memberikan akses gawai kepada anak-anaknya, mereka tidak membatasi waktu dan kontennya, tidak pula mengawasi apa yang dilakukan anak pada gawainya dan pengaruh apa yang muncul pada anaknya karena semakin sulit dipisahkan dari gawainya. Tidak sedikit pula orang tua yang menjadikan gawai sebagai pola asuh dan alat untuk menemani anaknya main agar tidak mengganggu aktivitasnya.

Sekilas orang tua pun banyak yang menganggap mereka dianggap sudah menunjukan rasa sayangnya kepada anaknya jika sudah memberikan gawai atau hanphone terbaru sesuai dengan keinginan anaknya. Padahal jika orang tua tidak smart dalam memberikan dan mengawasi anaknya dalam menggunakan smartphone tersebut, sesungguhnya mereka sedang menyiapkan kuburan bagi anaknya sendiri. Anak-anak yang sudah sulit dipisahkan dari gawai, waktunya nyaris sudah habis Bersama gawai sesungguhnya sedang perlahan-lahan dikubur hidup-hidup berbagai kecerdasan dan kompetensinya.

Benar jika teknologi itu adalah berkah bagi kita di jaman ini, namun teknologi itupun bagaikan pedang bermata dua bagi yang tidak pandai dan bijak dalam menggunakannya. Butuh dibekali dengan keterampilan dan kecerdasan baik dalam mengoperasikannya, memahami regulasi penggunaannya, dan kecerdasan social emosional sebelum menggunakannya.

Ada satu virus yang mengintai anak-anak kita yang kian dekat dengan gawai, ialah PHUBBING VIRUS. Virus yang menurut saya sebagai seorang pendidik, tidak kalah mengerikan dan bahayanya dari virus Corona jika tidak segera diatasi dan diantisipasinya.

Apa itu PHUBBING ?

Ayah bunda, Phubbung adalah sebuah istilah tindakan acuh tak acuh seseorang di dalam sebuah lingkungan karena lebih fokus pada gawai dibanding membangun sebuah percakapan dengan orang lain. Banyaknay fasilitas dan aplikasi yang menawarkan nyaris semua hal pada gawai menjadikan siapapun penggunanya yang tidak memiliki kendali diri akan merasa betah berlama-lamaan dengan gawai. Mungkin bagi Sebagian orang diangap hal biasa karena mereka banyak yang tidak paham apa yang sedang terjadi pada kondisi psikis anak Ketika berlama-lama dengan gawainya. Phubbing mengakibatkan anak-anak kehilangan kepekaan social, melemahnya spirit dan motivasi belajar di sekolah, bahkan semakin kehilangan keperdulian terhadap dirinya sendiri karena yang ada dalam pikirannya hanya tentang apa dan bagaimana hal-hal baru dalam gawainya.

Terkadang orang tua pun salah persepsi tentang bahaya gawai, banyak orang tua yang mengira jika bahaya gawai itu akibat konten yang ada di dalamnya, padahal bahaya gawai yang pertama adalah intensitas kebersamaan dan kedekatan anak dengan bendanya setelah itu baru kontennya. Anak yang sudah mulai sulit lepas dari gawai apalagi sampai marah saat gawainya diambil sudah menunjukan gejala kecanduan dan dapat dipastikan akhirnya akan terkena Phubbing virus.

Perilaku Phubbing merupakan perilaku negatif yang menjadi benih-benih sikap intoleran, radikalisme, bahkan hingga terorisme. MASIHKAH KITA HANYA SIBUK MEMIKIRKAN BAHAYA CORONA TANPA MEMIKIRKAN PULA MENCEGAH TERJADINYA PENDEMI PHUBBING BAGI ANAK-ANAK KITA YANG SUDAH NYATA ADANYA.