Senin, 10 Juni 2013

DAUN KERING


Lembar-demi lembar kisah itu terbang, satu persatu jatuh meringkih disekeliling batang pohon yang kian mengering, pluk….. pluk…. Suaranya renyah dan terdengar nyaring di antara desiran—desiran angin yang datang silih berganti masuk dan keluar menjelajah lorong-lorong sunyi pada batang yang kering itu.
Sang pelatuk pun datang…., dengan kepongahan memperlihatkan paruh tajam yang kuat itu, hilir mudik dia lalui batang-batang kering sisa usia yang kian usang dan terus mengerang. Si platuk mulai tancapkan paruhnya mencoba membaca sisa-sisa cerita yang sebagian t’lah mulai berguguran bersama jatuhnya daun-daun kering dari tiap ketukan paruhnya.
Sejenak terdiam…… si pelatuk menghentikan patukannya, matanya yang mulai tajam menoleh desiran pada sebuah lorong debu yang kelam itu, hamparan pertanyaan mulai menggelayut di benak kecilny, kerasnya paruh di mukanya kini tak mamberikan satupun jawaban apalagi kejelasan yang dia tahu hanyalah menambah deretan lorong kelam sepanjang jalan.

Tak lama kemudian, jatuhlah selembar daun kering menguning disamping akar tua yang juga tlah lelah melalui musim dan masa serta lembar-lembar cerita menjelang hari tua. Daun itupun akhirnya terdiam dan hanya terhempas diatas rerumputan yang telah membaca kisah panjang kekeringannya. Daun Kering dan sisa-sisa kisah abadinya. Daun keering………………………… 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar