Pagi ini kusambangi kain-kain berwarna warni disana sini
bertengger diantara pagar-pagar rumah dan pinggiran jalan yang riuh
diterpa hembusan angin jalan. Gapura pun berjajar diatas gang-gang tegak
bertuliskan kata-kata yang khas tampak gemerlap dan cukup tampak
semarak walau tak semerbak cerita tahun '45, tanya saja pada anak-anak
kecil yang berseragam bendera pasti mereka dapat segera menerka kalau
hari ini hari kemerdekaan.
Hari yang 65 tahun yang lalu
benar-benar terasa menjadi hari yang penuh suka cita dan rasa lega di
dada karena penderitaan yang beratus tahun tlah mengungkung akhirnya
enyah pula, pekik takbir dan teriakan "MERDEKA" hampir selalu menggema
dimana –mana karena semua penghuni negeri ini benar-benar merasakan
aroma wewangi dan harumnya kemerdekaan. Walau mereka tak sempat untuk
berpkir menggelar balapan karung atau lomba panjat pinang namun dada
mereka benar-benar lepas mengangkasa seperti burung-burung yang terlepas
dari sangkar yang tlah mengurungnya bertahun-tahun lamanya.
Lantas.......
apa yang tersisa di dada-dada kita kini ? apa yang ada di rasa-rasa
kita sekarang ? masihkah makna MERDEKA itu ada dan singgah pada rasa
penduduk-penduduk negeri ini ? di penghuni rumah – rumah di bantaran
kali ? dipenjaja makanan di trotoar-trotoar jalanan ? di hari hari anak
anak yatim penghias perempatan-perempatan kota ? pada mereka yang setiap
hari bertemankan terik mentari dan malam beratapkan kerlip bintang yang
slalu saja muram ? pada mereka yang terus berlari mengejar hak hak
sebagai anak negeri walau hanya untuk sesuap nasi dan sekeping bunyi
gemercing koin koin kecil ? semua terpinggirkan dan tak lagi mengusik
hati hati yang hampir tlah mati di kursi kursi pelalai hati. Bagi mereka
JANGANKAN MASA DEPAN, UNTUK HARI INI SAJA MEREKA TAK LAGI PUNYA PILIHAN
walau hanya untuk sekedar hidup yang wajar.
Sejenak ku terdiam
dan kembali termenung pada gumpalan rasa heran nan amat dalam... maih
saja kudapati pemandangan aneh yang tak jua beranjak dari negeri ini..
tampak jelas pada rakyat pas-pasan yang teramat panjang rentangnya
dengan rakyat jutawan pembuang harta – harta mubahnya. Amat nyata tampak
pada pengapnya bus kota karena sesaknya para penumpang yang
bergelayutan sementara disampingnya berlalu tampa malu kendaraan wah
yang hanya ditumpangi dua penumpang dengan siulan... atau gemerlap
gedung-gedug mewah dengan segala hingar bingarnya diantara gubuk-gubuk
kumuh reyot yang berserakan dan selalu dihantui penggusuran... atau para
hartawan yang menghabiskan jutaan dolarnya hanya untuk sarapan
sementara di belakang mereka bertebaran raga raga fakir yang memunguti
recehan kecil hingga menembus malam nan sunyi....
Tanyakan pada
mereka... kemerdekaan apa yang tlah menentramkan nafasnya ? kemerdekaan
apa yang tlah menenagkan rasanya ? kalau saja untuk selembar kartu
identitas anak negeri mereka tak mampu membeli..... salahkah jika kini
ku kembali bertanya dimana KEMERDEKAAN anak negeri ini ? yang ku tau
kemerdekaan itu baru ada pada dinding dinding tinggi yang tak pernah
sunyi namun tak jua didapati oleh banyaknya anak negeri, dan mereka
hanya mengeja hari – hari sepi bersama tetesan peluh dan air mata
nestapa sembari menanti saat azalnya tiba....
Bukan tak ada Empati
penguasa negeri ini namun sayang masih lebih teramat banyak berkeliaran
dengan senyuman para pencuri yang tak punya hati... karena mereka
mencuri dari tetesan air mata jiwa jiwa nestapa negeri sendiri...
Pedih
rasanya hati ini untuk berteriak lantang "MERDEKA".. sakit rasanya rasa
ini untuk bersuka cita pada riuhnya kata MERDEKA yang mulai tinggalkan
makna – makna jiwa... bukan ku tak tau arti Merdeka namun ku masih
mengerti rintihan sunyi di balik mimpi mimpi yang tak lagi kembali pada
tetesan-tetesan air mata sepi nan menguliti hati. Dan yang membuat kami
masih berdiri hanya karena memiliki makna kemerdekaan hati yang berbeda
dari para penggenggam negeri yang kebanyakan tak lagi tau diri hingga
mereka yg masih saja tegar bersama mentari walau penuh duri.
Dan
kuajak engkau para penghuni negeri yang masih berhati nurani, yang masih
berasa dan tak mati rasa karena limpahan dunia... Mari kita Kembali
Bebaskan Negeri Ini dari para pencuri harga diri dan nurani... Agar kita
Bisa kembali Pekikan Takbir Dan Kata MERDEKA dengan Bangga...
Sengaja
tak ku urai semua agar anda dapat berbagi cerita....... dan mereka
kembali membuka jiwa bahwa kita masih ada... bahwa kita masih menghuni
negeri ercinta ini..
NEGERIKU .... AKU MENCINTAIMU... M E R D E K A.... Allohuakbaar.....................................................
___________________ Suara Hati di bawah Kibaran Merah Putih yang kian sunyi_____________
___________________________Dadan colection 17082010 ___________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar