Jumat, 29 Oktober 2010

SULITNYA MEMAHAMI NEGERI MIMPI


Menjelang akhir tahun langit negeri mimpi tampak kian muram dan tak beraturan, putih kebiru-biruan kini berubah menjadi hitam remang mengkelam. kian beranjak tahun ini kian terdengar keras teriakan-teriakan penuh ibaan, kian jelas terdengar rintihan-rintihan kesakitan dan kian terlihat gelepar tulang belulang yang mulai bertaburan.. bumipun gerah dan mencoba membuka jubah menggoyangkan badannya karena merasa amat panas memeluk nurani para penghuni negeri ini yang kian tak berisi hingga tak sedikit yang akhirnya harus menjerit karena tak kuasa menahan dahsyatnya ketidak adilan, bahkan hingga samudrapun tak dapat menggenggam erat ombaknya hingga datang membawa hempasan ratusan raga yang harus menerima takdirnya diujung senja... kota pesisir pun kini tinggallah puing - puing yang menyisakan kisah kelam ganasnya sang alam buana. tak hanya itu alam kian tak kuasa menahan kemuakan pada para penghuni negeri mimpi hingga ia tak dapat menahan lagi rasa mual yang kian menjadi jadi... hingga akhirnya Merapi pun tak kuasa lagi memuntahkan kekecewaannya.. tak sedikit yang harus jadi tebusannya, raga-raga bergelimpangan dan kebanggaan itu kini akhirnya harus tersungkur pada dahsyatnya hantaman alam... namun masih saja tak pernah jadi pelajaran. Tsunami yang meluluh lantahkan, Gempa yang menghancurkan, Ledakan gunung yang mengerikan dan rentetan - rentetan teguran yang siap mengantri menunggu giliran di perintahkan tuk datang seolah masih kurang tuk hanya sekedar menyadarkan bahwa kitu sungguh sudah teramat hina dan berselimut kesalahan... masih saja ada yg berteriak angkuh dengan kebanggaan, masih saja ada yang mengangkat kepala dengan kesobongan, masih saja ada yang tak berasa karena tak lagi memiliki jiwa yang dipenuhi kesadaran.. dan masih saja mereka bertebaran tanpa rasa kehawatiran jika lusa ia tiada Hisaban Alloh sungguh akan datang.. 

Semua seolah telah mati suri.... semua tampak seperti onggokan mayat tanpa arti yang tak lagi memahami arti teguran ini... kita sungguh telah mati rasa, buta dan mungkin juga telah benar benar tuli.. bahkan mereka, para pemimpin dan wakil negeri mimpi hampir semua tak lagi memiliki nurani...

Di negeri mimpi tangisan rakyat melengking tinggi menggoyangkan tiang - tiang langit namun suara tawa para penguasa masih teramat jelas menggelegak diantara mobi-mobil mewah dan pakaian serba wah..
Dinegeri mimpi rintihan anak-anak jalanan dan kaum terlantar karena keadaan kian kenghujam menggelegar meretakkan bongkahan-bongkahan alam yang kian menganga dan membesar ... namun siulan para pemegang kunci-kunci kekuasaan masih lebih keras dan menggelegar tanpa perasaan melenyapkan lengkingan dalam kesakitan ..
Di negeri mimpi nasib rakyat kecil kian mengecil dan dianggap kecil hingga harga diri tak lagi berharga dan tak lebih berharga dari uang recehan para penguasa.. hingga bagi mereka untuk merasakan keadilanpun bagaikan berharap mimpi menyambangi kenikmatan yang entah kapan kan datang.. jangankan ia dapatkan, untuk memimpikannya saja mereka kesusahan.. lihatlan uang milyaran yang di rampok para pencuri tak beradab ternyata tak lebih mahal dari beberapa kilo asam atau sepotong buntut sapi dan beberapa potong singkong, sehingga yang menggasak milyaran uang rakyat yang diambil secara paksa dari tetesan keringat dan darah rakyat tak dapat ditangkap bahkan para aparat tampak enggan tuk mendekat hingga mereka begitu lebar tertawa terbahak-bahak menginjak-injak harga diri para penegak timbangan keadilan, sementara rakyat jelata yang dianggap mencuri walau tak terbukti dan jika pun iya hanya karena rasa laparnya begitu mudah digeledah dan dihinakan harga dirinya bahkan dijebloskan hampir tanpa asa... padahal kemiskinan mereka bagian janji para penguasa yang tersurat jelas dalam amanah titipan para pendiri bangsa dan negeri mimpi. Menjelang akhir tahun ini kita mendapat tontonan gratis para aktor amatiran yang katanya wakil suara rakyat negeri mimpi. bermain bersama skenario syahwat yang kian menggila tentang dunia dan kian membutakan mata mereka apalagi jika hatinya. bangsa ini seperti bangsa kecil yang hina dan tak memiliki harga diri sehingga untuk membesarkan dan memulyakannya saja para peguasa harus berangkat menyambangi negeri yang sungguh tak memiliki sejarah bermartabat tuk berbagi pelajaran kemulyaan. padahal penghuni negeri mimpi ini seharusnyalah yang menularkan kemulyaan karena mereka terahir bersama Al Qur'an...
Kenapa pembesar negeri mimpi hingga sempat berpikir utuk mendatangi negeri – negeri yang tk berbudi dan tak mengerti arti hak asasi hanya untuk mengambil pelajaran tentang kemulyaan berbagi dan saling menghrgai hak asaki... bukannya kita yang seharusnya mengajari mereka tentang kata dan makna hidup manusia karena terlahir bersama takdir kemusliman terbesar sedunia...??? lantas seimbangkah harga sebuah ongkos para siswa yang belajar itu dengan ilmu yang mereka dapatkan ? mungkin lebih baik harga itu di berikan bagi para penerus negeri ini yang sedang kesusahan belajar arti budi yang hakiki di beberapa negeri dengan sepenuh hati tanpa syahwat yang menguasai hati... atau mungkin kan lebih bermakna dan menjadi implementasi para penguasa memahami budi pekerti jika harga itu dibagi kepada para penderita di negeri mimpi ini... bisanya mereka tertawa dan menikmati hasil keringat rakyat jelata dinegeri mimpi sementara bangsa sedang dirundung duka.... sungguh mereka telah mati .... sunguh mereka telah mati, kami tak dapat pahami bahasa tanpa jiwa, yang kami pahami hanya kata-kata dengan budi yang tulus dari hati... memang sungguh mengerikan dan kan kian mengerikan jika kita bermimpi tentang esok yang masih juga takkan pasti . bahkan saat kita mengurai kata kata ini sebentar lagi hak diri akan dikebiri.... inilah negeri dengan jutaan mimpi.... inilah bahasa kami, bahasa yang selalu tersimpan dalam tahunan panjang mimpi mimpi sunyi kami...

Sabtu, 16 Oktober 2010

HARUSKAH KITA MENGGENANG... ???


Dan kali itupun kini terdiam, bisu, murung, mengharu biru, pekat bahkan kian mengkelam... tak ada lagi gemercik yang dulu terdengar asik diantara bebatuan yang walau terdiam namun tetap tampak menyimpan makna yang masih dalam, tak ada lagi bening jernih menghiasi liku-liku perjalanan panjangnya yang membagi keindahan disepanjang tepian dan canda riang para penyambang. Tak ada lagi palung-palung hiasan pengukir  pengokoh lintasan dan tempat menyelam para anak-anak riang yang berenang bersama keriangan.... semua kini tinggal kenangan. Sang kali kini telah kehilangan energi, dan hamparan lumpur itu kian hari kian menyambangi bersama sisa-sisa pasir beriring dan terus mengisi hari-hari sepi bersama sisa-sisa buangan yang ikut membuang  semua kenangan tentang keriangan para perenang.
Kian dangkal, kian hilang kejernihan dan kian tenggelam gemercik indah yang dahulu selalu datang bersama nyanyian lereng bebukitan.....Bahkan ia hampir saja menggenang.... menggenang dan tak lagi menyisakan keindahan, kini ia tak lagi memiliki tenaga tuk enyahkan kaleng-kaleng buangan yang tetap mengambang, kini ia tak lagi memiliki energi  tik mengusir pergi plastik-plastik yang berserakan tak karuan, bahkan tuk mengalirkan dirinya sajapun ia teramat kesusahan hingga kini ia mulai menghitam... menebar aroma pekat menusuk rasa tuk segera memalingkan pandangan... kasihan. semua hanya tinggal kenangan..kenangan riang yang berkisah tentang  bemercik air di bebatuan dan riang para perenang  yang hanya sisakan aliran panjang  genangan menjijikan...
Berat kutari nafasku bersama keheningan  tepian kali yang tak lagi sisakan arti penuh senyuman... terbayang jika saja diri kita ikut menggenang, berhenti di sebuah tepian atau terdiam diantara cekungan dan tak lagi beranjak karena tertahan endapan panjang yang datang dan menggenggam, mencengkram dan membiarkan kita mulai kelam dan menghitam bahkan menebar ketakutan....
Dan sungguh seperti itulah kiranya jika kita tak lagi memiliki energi tuk mengalirkan diri, tak mampu lagi memaknai hari-hari yang indah ini dengan jutaan arti yang membisikan makna-makna indah dihati , tak bisa lagi menorehkan lukisan-lukisan indah di dinding-dinding hari, tak lagi merasakan indahnya sentuhan lembut  cinta Illahi yang terhampar tiada bertepi, tak kuasa melangkahkan kaki bersama para pengukir sejarah-sejarah dahsyat penggenggam masa, dan tak lagi rasakan indahnya tenggelam menyelam didasar samudra berkah.
Kita akhirnya tenggelam dalam genangan kelam keputus asaan, terhenti di halte-halte futur perjalanan dan tak lagi sudi tuk melangkahkan kaki, terdiam dalam kegundahan dunia dan kilauan fatamorgana melenakan, tertambat pada prasangka-prasangka hina tentang kemulyaan, lalu mencari tafsir sendiri tentang makna buta perjuangan, makna sesat kenikmatan, makna salah kebahagiaan, makna gila kebenaran... dan akhirnya kita akan tenggelam karena tertinggal dari barisan, keluar dari aliran arus yang deras melajukan, dan membusuk bersama sampah yang berserakan hingga menebar bau yang menjijikan... haruskah kita menggenang hanya karena kefuturan ? haruskah kita menggenang hanya karena keputus asaan ? masih maukah menggenang hanya karena mengejar fatamorgana hiasan ? masihkan kan tetap tergenang hanya karena keegoisan menerima kebenaran ? dan akankah tetap menggenang hingga mengkelam hanya karena tak lagi sudi bersama barisan ...??
sejenak ku tatap angkasa diatas kali yang kelam namun berarak awan yang putih beraturan... diatas kali pekat menjijikan masih ada awan berarak dengan senyuman.... dan kini aku kian tersadar.. bahwa kita JANGAN SAMPAI TERGENANG...........   bahwa kita HARUS TETAP MENGALIR RIANG BERATURAN... dn kita JANGAN MAU TERGENANG........!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

AKU BUKAN JELAGA


Sesaat ku terpana memandang indah hamparan hijau rerumputan…. Sinar mentari pagi kian mewarnai riak riak pesona yang tak kan pernah lelah tuk dinikmati, indah… benar benar indah bahkan hingga mampu menengelamkan mata pada ketenangan menghanyutkan jiwa di kesejukan… subhanalloh… rumput itu amat berarti walau dia terdiam sejuta bahasa.Hari berganti musimpun bergilir kemari hujan turun membasahi indahnya rerumputan dan kini kemarau datang menjelang, mentari singgah di semua dedaunan memanggang bahkan membakar semua yang ada pada hamparan… dan rumput hijau itupun mulai sirna dan tiada ditelan panasnya sang surya… semua menjadi hening dalam tungku raksasa sang kuasa. Datanglah  bara pemangsa…. Api itu pun merayap cepat melahap petak demi petak rerumputan yang tlah lama kering kerontang, meninggalkan kisah kisah indah kenangan hamparan yang menenggelamkan asa dan ketenangan. Kini semua berubah menjadi jelaga, jelaga yang mengangkasa membawa bara yang kembali siap memangsa… jelaga yang yang hampir segera tiada dan tak lagi bertenaga karena hidupnya hanya dititipkan pada hembusan angin semilir. Dan setelahnya dia hanya jadi sisa sisa kisah indah ditumpukan debu hitam yang berserakan….Dalam helaan nafas yang panjang aku lirih berbisik di keheningan…. AKU BUKAN JELAGA, aku tak ingin jadi jelaga. Yang tak  lagi berarti  dan mengakhiri kisah dalam serakan sampah hitam, yang mengakhiri diri dalam bara yang beterbangan dan hampir memusnahkan, yang sekalinya mengangkasa namun kan membawa bencana, yang mengakhiri kisah hayatnya dalam hempasan semilir angin tanpa arah, yang pergi berakhir hanya dalam sisa sisa kenangan tanpa makna. Biarkan aku tetap menjadi rumput saja yang tetap indah walau diam seribu basa…..

Jumat, 15 Oktober 2010

Kayu Bakar Api Neraka, Kenapa wanita paling banyak ?


Islam adalah agama yang universal dan sangat memperhatikan permasalahan yang berkaitan dengan wanita secara transparan dan proporsional. Ia menempatkan wanita dalam kedudukan yang layak dan bermartabat dimana sebelumnya di masa Jahiliyyah, dianggap sebagai "harta pusaka" yang diwariskan dan dipergilirkan; dia dapat diwariskan kepada anak. Disamping itu, dia juga dianggap sebagai noda yang dapat mencemarkan keluarga bila terlahirkan ke dunia sehingga harus dienyahkan dari muka bumi sebelum sempat menghirup udara kehidupan dengan cara menanamnya hidup-hidup.
Kedudukannya yang semacam inilah kemudian diangkat dan dihormati setinggi-tingginya oleh Islam, diantaranya; dia dijadikan orang yang paling pertama harus dipersembahkan bakti kepadanya ketika menjadi seorang ibu, adanya satu surat dalam al-Qur'an yang dinamakan dengan kaumnya (an-Nisa'), menjanjikan bagi orangtua yang berhasil mendidiknya sebagai jalan masuk surga, dan banyak lagi yang lain.
Namun begitu, Islam juga menyebutkan bahwa kaum wanita adalah orang-orang yang kurang akal dan diennya, banyak mengeluh/permintaan serta suka memungkiri kebaikan suami.
Berkaitan dengan yang terakhir ini, sudah bukan merupakan rahasia lagi bahwa di abad kontemporer ini banyak sekali isteri-isteri -yang barangkali karena memiliki jasa dan andil dalam pemenuhan anggaran belanja rumah tangganya- merasa diatas angin dan tidak sedikit yang semena-mena terhadap suami. Hal ini terjadi, lebih dikarenakan kurangnya pemahaman terhadap agama yang merupakan sesuatu yang esensial bagi seorang calon suami sebelum berubah menjadi suami melalui aqad yang sah. Sang suami hendaknya dalam memilih calon isteri lebih memprioritaskan sisi keshalihahannya.
Karena kurangnya pemahaman agama, sang isteri tidak mengetahui bahwa sebenarnya agama mewajibkannya untuk patuh dan taat kepada suami bahkan kerelaan suami terhadapnya ibarat prasyarat masuk ke surga –disamping syarat-syarat yang lain yang berkaitan dengan syarat diterimanya amal manusia secara umum- sebagaimana dalam makna hadits yang menyatakan bahwa siapa saja isteri yang meninggal dunia sementara suaminya rela terhadapnya maka dia akan masuk surga.
Dari kurangnya pemahaman agama tersebut kemudian berdampak kepada banyak kaum wanita yang bekerja di luar rumah dan berbaur dengan kaum lelaki dengan anggapan bahwa mereka memiliki hak yang sama dengan kaum pria dalam segala bidang tanpa terkecuali, sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh kaum feminis, termasuk dalam urusan rumah tangga. Lapangan kerja yang disesaki oleh tenaga wanita mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran di kalangan kaum pria, terutama bagi mereka yang sudah berkeluarga namun tidak memiliki skil yang cukup untuk bekerja sehingga mendorong sang isteri untuk keluar rumah, terkadang menggantikan posisi suami dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Tentunya hal ini memiliki implikasi negatif, belum lagi dari sisi syar'inya, terhadap watak sang isteri. Dia seakan merasa telah berjasa dan memiliki andil dalam menghidupi keluarganya sedangkan sang suami hanya seorang penganggur. Atau dalam kondisi yang lain, dia memiliki pekerjaan dan gaji yang jauh lebih tinggi dari sang suami. Hal ini, kemudian dijadikan alasan yang kuat untuk memberontak, menyanggah, meremehkan bahkan memperbudak sang suami. Suami yang, misalnya, memiliki gaji kecil terkadang nafkah yang diberikannya kepada keluarga, disambut oleh isterinya dengan rasa ketidakpuasan dan kurang berterimakasih. Apalagi, bila kebetulan sang isteri juga bekerja dan gajinya lebih besar dibanding suami, tentu akan lebih parah lagi sikapnya terhadap suaminya yang seorang penganggur atau bergaji kecil. Dalam pada itu, hanya wanita-wanita shalihah yang memahami agama mereka dengan baik dan tahu bagaimana bersikap kepada suami-lah yang terselamatkan dari kondisi seperti itu.
Mengingat betapa urgennya pembahasan tentang hal ini dari sisi agama dan perlunya kaum wanita mengetahuinya, khususnya tentang ancaman terhadap wanita yang melakukan hal tersebut alias banyak mengeluh/permintaan dan suka memungkiri kebaikan suami, maka kami berupaya menuangkannya dalam bagian pembahasan hadits kali ini-disamping pembahasan tentang hal yang lain- dengan harapan, kiranya ada dari sekian banyak kaum wanita, yang menyempatkan diri membaca tulisan ini.   
Naskah Hadits
Dari Jabir bin 'Abdullah –radhiallaahu 'anhuma- dia berkata: "Aku melaksanakan shalat pada hari 'Ied bersama Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam ; beliau memulai dengan shalat dulu sebelum khuthbah, tanpa azan dan iqamah, kemudian berdiri sambil merangkul Bilal. Beliau memerintahkan untuk bertaqwa kepada Allah, mengajak berbuat ta'at kepadaNya, mewasiati manusia dan mengingatkan mereka, kemudian beliau berlalu (setelah berbicara panjang lebar-red) hingga mendatangi (menyentuh permasalahan-red) kaum wanita lantas mewasiati dan mengingatkan mereka, sembari bersabda: ' bersedekahlah! Karena sesungguhnya kebanyakan kalian adalah (menjadi) kayu api neraka Jahannam'. Lalu seorang wanita yang duduk ditengah-tengah mereka berkata: kenapa demikian wahai Rasulullah?. Beliau menjawab: 'karena kalian banyak keluhkesah/permintaannya dan memungkiri (kebaikan yang diberikan oleh) suami'.
Jabir berkata: "lalu mereka bersedekah dengan perhiasan-perhiasan mereka dan melempar anting-anting dan cincin-cincin mereka kearah pakaian bilal". (H.R.Muttafaqun 'alaih).

Nyanyian Usang Si Burung Malam

Malam ini terasa amat hening... sisa sisa air hujan masih tampak jelas membekas di teras-teras  rumah, dan kini malam benar benar semakin tak bertuan... senyap terlelap di pekat gelapnya dinding2 malam yang melayang  terikat kesunyian .... akupun senyap dalam kesendirian.
Sesaat kemudian.... diantar ranting – ranting dahan dan dedaunan yang kini mulai disapa remang suram rembulan di balik awan.. terdengar nyaring menyusuri angin sepi dan masuk tenggelam ke dalam jiwa yg masih terjaga di keheningan alam... suara lengkingan burung malam.
Kian malam kian riuh bersahutan... lengkingan demi lengkingan mulai menusuk rasa rasa para penjaga dan mengusik pemilik mimpi... siulan dan jeritan yang berseling desir angin di antar rongga – rongga dinding malam kian terasa menakutkan. Namun si burung malam masih teramat senang bersahutan, seakan dia kian tenggelam dalam kenikmatan lolongan malam paruh paruh menakutkannya....
Semakin  riang ... semakin menambah lengkingannya dan semakin mencekam para jiwa penghuni malam.
Ku coba beranjak dari ketersimaan .. dan melangkah ke pintu rumah yg dari tadi terdiam terkesima oleh lolongan tajam para pengangkuh suara alam... ku buka ia dan kusapa hembusan semilir angin sunyi yang singgah di teras teras rumah. Lalu ku berbisik lirih mengurai isi hati pada sang angin yang kembali menyambangi.... “saudaraku.... engkau dengarkah suara itu ? suara burung malam yang angkuh mengalunkan lengkingan-lengkingan nyanyiannya, merasa jika suaranya indah dan bangga memecah kesunyian, menganggap paruhnya berharga karena yang lain diam dan tak berani menyahut atau membalas kata kata mengerikannya, sungguh kasihan dia.... menganggap orang lain bahagia dengan kehadirannya. Padahal jika saja dia tahu bahwa kita sungguh ngeri mendengar lengkingan nyanyiannya, sungguh ngilu menyaksikan kengkuhan paruh tak tau waktu itu. Bahkan kita bosan dengan lolongn malamnya.. kalau saja kita tak punya hati mungkin sudah kita usir dia dari tadi....” dan engkau saudaraku... maukah jadi burung malam yang tak tau diri.....??????
Wahai saudaraku... belajarlah darinya.. dari kebodohan nyanyian burung malam itu.. berhentilah menganggap diri ini amat berharga bagi orang lain sehingga kita asik bernyanyi tentang keangkuhan diri dan berkata-kata “kalau saja bukan karena aku yg melakukannya..........”  karena bisa jadi sesungguhnya saudara kita yang lain malah merasa ngeri mendengar nyanyian kita ini..  Astagfirullohaladziim... kita tak mau nyanyi sunyi sendiri...

Mengukir Hati

seperti butiran embun di dedaunan, begitulah ingin ku jumpai kalian.... seperti kuning indah mentari pagi hari begitulah ingin ku sapa dirimu saudaraku.... seperti semilir angin yang mengalir hening di tengah padang gersang seperti itulah ku berharap menemanimu sahabatku...seperti rembulan yang bersinar terang di kelam malam yang berhias bintang, begitulah ku ingin mendapatimu sahabatku...  resah bukanlah bahasa kita gundah bukanlah hari hari kita, namun rasa takut itupun bukanlah tiada... dia tetap ada bersama resahnya jiwa jika saat kita tiada tak ada makna yang mampu kita sisakan disana... dan ku berharap ukiran-ukiran itu kan tetap tertoreh indah bersama para pemilik jiwa-jiwa pengangkasa...saatnya kita mengukir hati di bait-bait hari sepenuh arti