(Saat kejujuran seperti hantu gentayangan)
Salah
satu masalah rutin tahunan pendidikan kita saat ini adalah Ujian
Nasional. Bukan karena sulitnya melaksanakan Ujian nasional atau
sukarnya mekanisme dan tekhnis pelaksanaannya namun masalah Kejujuran
hasil akhirnya.
Banyak yang menyangsikan jika hasil Ujian Nasional
adalah benar benar hasil kemamapuan siswa yang menjadi pesertanya ,
banyak pula yang menyangsikan jika pelaksanaan Ujian nasional setiap
tahun berjalan dengan proses yang jujur, hal ini bukan tanpa alasan
namun timbul karena beberapa temuan dengan bukti dan fakta yang nyata.
Lantas kenapa semua ini terjadi ? jika di biarkan akankah membahayakan
kualitas generasi yang akan datang ? bisakah UN benar benar berjalan
dengan Jujur ?
Kenapa UN sampai tidak Jujur ??
Entah
dari mana asalnya , entah dari mulai silsilahnya, namun yang jelas
hasil Ujian Nasional terkesan sudah bukan hanya kepentingan siswa yang
menjadi pesertanya , namun menjadi gengsi sekolah dimana peserta ujian
itu berada, Atau bahkan menjadi gengsi wilayah dimana sekolah itu
berdomisili. Sehingga muncullah jiwa kompetisi yang tadinya diharapkan
lahirnya kompetisi yang sehat namun pada kenyataannya terjadi kompetisi
yang kurang sehat bahkan sama sekali tidak sehat. Ujian nasional yang
seyogyanya menjadi barometer kemampuan siswa setelah selama
bertahun-tahun belajar di sekolahnya akhirnya menjadi ajang kompetisi
gengsi yang memaksa banyak pihak untuk bungkam dan hanya terdiam
mengikuti semuanya. Dan akhirnya yang sering menjadi korban adalah
pelaksana pendidikan disatuan paling bawah, dalam hal ini siswa, guru ,
kepala sekolah atau pengawas. Padahal tak mungkin semua ini terjadi jika
bukan karena berasal dari sebuah kebijakan, Namun sampai saat ini entah
dimana kebijakan gengsi ini mulai terlahir. Padahal Kejujuran jauh
lebih berharga dari pada sekedar gengsi ... ingatlah !!!
عَلَيْكُمْ
بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ
يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ. وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى
الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا
"
Kamu harus
selalu bersifat jujur, maka sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada
kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan membawa ke surga. Dan senantiasa
seseorang bersifat jujur dan menjaqa kejujuran, sehingga ia ditulis di
sisi Allah I sebagai orang yang jujur."
Namun rupanya hal ini kurang begitu menarik sehingga hampir tanpa makna.
Selain
itu hasil UN masih saja di anggap satu satunya hasil yang menentukan
lulus atau tidaknya seorang siswa dari sekolahnya, sehingga rasa takut
yang berlebihan memaksa beberapa diantara siswa nekad menempuh segala
macam cara untuk melaluinya. Jelas ini bertentangan dengan sitem
pendidikan kita yang sesungguhnya, karen pendidikan seharusnya
memberikan rasa tenang dan nyaman bagi yang menjalaninya bukan menjadi
teror yang menakutkan, selain itu dalam pendidikan kita mempercayai
adanya Multiple Intelegency dimana anak memiliki kecerdasan yang
majemuk, dimana kecerdasan peserta didik tidak hanya di ukur dari
kecerdasan matematic atau kecerdasan verbal saja , namun melingkupi
kecerdasan ruang dan waktu, kinestetic, intra dan interpersonal,
kecerdasan alam serta kecerdasan estetika. Sementara jika hasil UN
mendapatkan porsi yang lebih untuk menentukan kualitas kecerdasan
peserta didik lantas bagaimana dengan posisi teori multiple intelegency
ini ???
Akankah membahayakan kualitas generasi yang akan datang ?
Yah...
sungguh sangat membahayakan. Bayangkan jika saja semua ketidak jujuran
ini benar benar terjadi, berarti berapa banyak dalam setiap tahun kita
lepaskan generasi ini tanpa kompetensi yang sesungguhnya harus mereka
miliki. Dan ini adalah kebohongan kecerdasan, kebohongan kemampuan yang
jauh lebih bahaya daripada kebohongan perkataan karena saat itulah kita
mewariskan kebodohan. Selain itu kita akan mewariskan kemalasan bagi
mereka yang akan mengikuti UN di tahun yang akan datang, mereka akan
beranggapan bahwa untuk lulus UN tak perlu bersusah payah belajar karena
toh akhirnya mereka bisa lulus juga sama seperti teman temannya yang
lebih menguasai pelajaran, atau mungkin kakak kelas-kakak kelas mereka
yang sudah lulus UN akan bercerita pada adik-adik kelasnya agar tak usah
sibuk – sibuk belajar karena diapun bisa lulus tanpa harus bersusah
payah.
Ketidak lulusan bagi yang memang harus tidak lulus adalah
kasih sayang bukan hukuman, karena mereka kembali diberi kesempatan
untuk kembali merevisi dan meningkatkan kualitas kemampuan dirinya
sehingga saat dia memasuki rentang usia dan jenjang pendidikan berikut
nya dia benar benar memiliki kualifikasi yang sesungguhnya.
Jika
saja semua ini terus saja berlanjut maka bukan hal yang mustahil saat
persaingan global semakin ketat dimana kita membutuhkan sumberdaya
manusia yang siap bersaing dengan negara lain kita malah mengalami
dekadensi kecerdasan, dekadensi keterampilan, dekadensi sumberdaya yang
jauh lebih bahaya daripada apapun bagi sebuah bangsa.
Lantas akankah semua ini akan terus kita biarkan dna tak segera hentikan ??? Kita bisa mulai saat ini juga.
Di
sisi lain kita tak akan mendapatkan data yang reel tentang kemampuan
reel dari generasi kita yang sesungguhnnya. sementara kemajuan suatu
daerah selain ditentukan oleh aspek kesehatan penduduknya serta daya
beli masyarakatnya juga tingkat pendidikan penduduknya.
Benar
LULUS dengan hasil memuaskan adalah target dari satu sistem satuan
pendidikan yang diikuti oleh peserta didik namun diluar itu, mewariskan
kemampuan daya saing dan kualitas jauh lebih utama.
Bisakah UN benar benar berjalan dengan Jujur ?
BISA....
JUJUR Memang Bukan hal Mudah namun Juga bukan hal yang Mustahil ...
Selain
itu dibalik kisah ketidak jujuran UN kita masih mendapati banyak
lembaga pendidikan yang masih bisa melaksanakannya dengan JUJUR dan
mereka pun bisa sukses. Lantas kenapa masih ada yang takut untuk Jujur ?
- Sukses
dan tidaknya peserta didik melalui UN ditentukan oleh seberapa besar
kemampuan siswa menerima pelajaran selama dia sekolah dan seberapa besar
guru mampu mentransfer materi yang di ajarkan. Hal ini jelas
berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, artinya jika
saja guru, siswa dan semua yang terkait dengan KBM memaksimalkan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya maka tak ada alasan untuk anak
peserta didik tak mampu menjawab soal soal UN karena soal UN diambil
dari materi yang sudah di sampaikan di sekolahnya.
- Untuk
meningkatkan kualitas KBM di sekolah, perlu adanya sebuah sinergitas
dari semua unsur pelaksana pendidikan, baik pengambil kebijakan maupun
pelaksana lapangan yang berada di satuan pendidikan. Juga kesamaam misi
dan visi di antara guru dengan guru serta guru dengan siswa.
- Tingkatkan
pengawasan yang sehat dan jujur pula. Karena sebaik apapun sistem yang
dirancang jika pada pelaksanaan nya kurang mendapatkan pengawasan yang
maksimal dan terprogram dengan kontinyu maka disangsikan dapat berhasil.
- Tumbuhkan dalam diri siapapun yang menjadi pendidik bahwa
tugasnya mendidik anak bangsa bukan hanya sekedar Pekerjaan tapi lebih
dari itu ini merupakan pengabdian. Sehingga dalam pelaksanaannya
siapapun yang terlibat dalam proses imfestasi generasi masa depan ini
akan melakukan semua pekerjaannya atas dasar nurani dan anggilan jiwa
nya bukan karena kepentingan mengumpulkan penghasilan dan dan kebutuhan
dirinya saja. Sehingga uang tidak jadi ukuran utama dalam tugasnya.
Setelah ini kita akan bangga berteriak
UN JUJUR SIAPA TAKUT ???
Ini
hanyalah sebuah tulisan sederhana dari seorang pelaku pendidikan yang
bukan siapa siapa dan bukan apa apa namun memimpikan riuhnya negeri ini
dengan gemuruh para calon pengukir sejarah Emas Indonesia.. bukan karena
rengking korupsinya, atau peringkat kolusinya . namun karena peringkat
karakternya kualitas kejujurannya dan pasti berujung pada prestasi
emasnya.
Jika ada analisa yang salah sangat wajarlah karena
ditulis oleh jari yang sederhana dari seorang pemilik kepala yang
sederhana pula...dan beginilah cara kami mencintai negeri ini...
Saatnya kita menorrehkan pendidikan yang membumi dan penuh arti
Bravo Pendidikan indonesia yang tanpa basa basi....
فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِيْنَةٌ وَالْكَذِبَ رِيْبَةٌ
"
Maka sesungguhnya jujur adalah ketenangan dan bohong adalah keraguan."
Dari balik heningnya jaman
Oleh : Dadan Hermawan. S.Pd.