Sesaat ku terpana memandang indah hamparan hijau rerumputan…. Sinar mentari pagi kian mewarnai riak riak pesona yang tak kan pernah lelah tuk dinikmati, indah… benar benar indah bahkan hingga mampu menengelamkan mata pada ketenangan menghanyutkan jiwa di kesejukan… subhanalloh… rumput itu amat berarti walau dia terdiam sejuta bahasa.Hari berganti musimpun bergilir kemari hujan turun membasahi indahnya rerumputan dan kini kemarau datang menjelang, mentari singgah di semua dedaunan memanggang bahkan membakar semua yang ada pada hamparan… dan rumput hijau itupun mulai sirna dan tiada ditelan panasnya sang surya… semua menjadi hening dalam tungku raksasa sang kuasa. Datanglah bara pemangsa…. Api itu pun merayap cepat melahap petak demi petak rerumputan yang tlah lama kering kerontang, meninggalkan kisah kisah indah kenangan hamparan yang menenggelamkan asa dan ketenangan. Kini semua berubah menjadi jelaga, jelaga yang mengangkasa membawa bara yang kembali siap memangsa… jelaga yang yang hampir segera tiada dan tak lagi bertenaga karena hidupnya hanya dititipkan pada hembusan angin semilir. Dan setelahnya dia hanya jadi sisa sisa kisah indah ditumpukan debu hitam yang berserakan….Dalam helaan nafas yang panjang aku lirih berbisik di keheningan…. AKU BUKAN JELAGA, aku tak ingin jadi jelaga. Yang tak lagi berarti dan mengakhiri kisah dalam serakan sampah hitam, yang mengakhiri diri dalam bara yang beterbangan dan hampir memusnahkan, yang sekalinya mengangkasa namun kan membawa bencana, yang mengakhiri kisah hayatnya dalam hempasan semilir angin tanpa arah, yang pergi berakhir hanya dalam sisa sisa kenangan tanpa makna. Biarkan aku tetap menjadi rumput saja yang tetap indah walau diam seribu basa…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar