Sabtu, 16 Oktober 2010

HARUSKAH KITA MENGGENANG... ???


Dan kali itupun kini terdiam, bisu, murung, mengharu biru, pekat bahkan kian mengkelam... tak ada lagi gemercik yang dulu terdengar asik diantara bebatuan yang walau terdiam namun tetap tampak menyimpan makna yang masih dalam, tak ada lagi bening jernih menghiasi liku-liku perjalanan panjangnya yang membagi keindahan disepanjang tepian dan canda riang para penyambang. Tak ada lagi palung-palung hiasan pengukir  pengokoh lintasan dan tempat menyelam para anak-anak riang yang berenang bersama keriangan.... semua kini tinggal kenangan. Sang kali kini telah kehilangan energi, dan hamparan lumpur itu kian hari kian menyambangi bersama sisa-sisa pasir beriring dan terus mengisi hari-hari sepi bersama sisa-sisa buangan yang ikut membuang  semua kenangan tentang keriangan para perenang.
Kian dangkal, kian hilang kejernihan dan kian tenggelam gemercik indah yang dahulu selalu datang bersama nyanyian lereng bebukitan.....Bahkan ia hampir saja menggenang.... menggenang dan tak lagi menyisakan keindahan, kini ia tak lagi memiliki tenaga tuk enyahkan kaleng-kaleng buangan yang tetap mengambang, kini ia tak lagi memiliki energi  tik mengusir pergi plastik-plastik yang berserakan tak karuan, bahkan tuk mengalirkan dirinya sajapun ia teramat kesusahan hingga kini ia mulai menghitam... menebar aroma pekat menusuk rasa tuk segera memalingkan pandangan... kasihan. semua hanya tinggal kenangan..kenangan riang yang berkisah tentang  bemercik air di bebatuan dan riang para perenang  yang hanya sisakan aliran panjang  genangan menjijikan...
Berat kutari nafasku bersama keheningan  tepian kali yang tak lagi sisakan arti penuh senyuman... terbayang jika saja diri kita ikut menggenang, berhenti di sebuah tepian atau terdiam diantara cekungan dan tak lagi beranjak karena tertahan endapan panjang yang datang dan menggenggam, mencengkram dan membiarkan kita mulai kelam dan menghitam bahkan menebar ketakutan....
Dan sungguh seperti itulah kiranya jika kita tak lagi memiliki energi tuk mengalirkan diri, tak mampu lagi memaknai hari-hari yang indah ini dengan jutaan arti yang membisikan makna-makna indah dihati , tak bisa lagi menorehkan lukisan-lukisan indah di dinding-dinding hari, tak lagi merasakan indahnya sentuhan lembut  cinta Illahi yang terhampar tiada bertepi, tak kuasa melangkahkan kaki bersama para pengukir sejarah-sejarah dahsyat penggenggam masa, dan tak lagi rasakan indahnya tenggelam menyelam didasar samudra berkah.
Kita akhirnya tenggelam dalam genangan kelam keputus asaan, terhenti di halte-halte futur perjalanan dan tak lagi sudi tuk melangkahkan kaki, terdiam dalam kegundahan dunia dan kilauan fatamorgana melenakan, tertambat pada prasangka-prasangka hina tentang kemulyaan, lalu mencari tafsir sendiri tentang makna buta perjuangan, makna sesat kenikmatan, makna salah kebahagiaan, makna gila kebenaran... dan akhirnya kita akan tenggelam karena tertinggal dari barisan, keluar dari aliran arus yang deras melajukan, dan membusuk bersama sampah yang berserakan hingga menebar bau yang menjijikan... haruskah kita menggenang hanya karena kefuturan ? haruskah kita menggenang hanya karena keputus asaan ? masih maukah menggenang hanya karena mengejar fatamorgana hiasan ? masihkan kan tetap tergenang hanya karena keegoisan menerima kebenaran ? dan akankah tetap menggenang hingga mengkelam hanya karena tak lagi sudi bersama barisan ...??
sejenak ku tatap angkasa diatas kali yang kelam namun berarak awan yang putih beraturan... diatas kali pekat menjijikan masih ada awan berarak dengan senyuman.... dan kini aku kian tersadar.. bahwa kita JANGAN SAMPAI TERGENANG...........   bahwa kita HARUS TETAP MENGALIR RIANG BERATURAN... dn kita JANGAN MAU TERGENANG........!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar