Menjelang akhir tahun langit negeri mimpi tampak kian muram dan tak beraturan, putih kebiru-biruan kini berubah menjadi hitam remang mengkelam. kian beranjak tahun ini kian terdengar keras teriakan-teriakan penuh ibaan, kian jelas terdengar rintihan-rintihan kesakitan dan kian terlihat gelepar tulang belulang yang mulai bertaburan.. bumipun gerah dan mencoba membuka jubah menggoyangkan badannya karena merasa amat panas memeluk nurani para penghuni negeri ini yang kian tak berisi hingga tak sedikit yang akhirnya harus menjerit karena tak kuasa menahan dahsyatnya ketidak adilan, bahkan hingga samudrapun tak dapat menggenggam erat ombaknya hingga datang membawa hempasan ratusan raga yang harus menerima takdirnya diujung senja... kota pesisir pun kini tinggallah puing - puing yang menyisakan kisah kelam ganasnya sang alam buana. tak hanya itu alam kian tak kuasa menahan kemuakan pada para penghuni negeri mimpi hingga ia tak dapat menahan lagi rasa mual yang kian menjadi jadi... hingga akhirnya Merapi pun tak kuasa lagi memuntahkan kekecewaannya.. tak sedikit yang harus jadi tebusannya, raga-raga bergelimpangan dan kebanggaan itu kini akhirnya harus tersungkur pada dahsyatnya hantaman alam... namun masih saja tak pernah jadi pelajaran. Tsunami yang meluluh lantahkan, Gempa yang menghancurkan, Ledakan gunung yang mengerikan dan rentetan - rentetan teguran yang siap mengantri menunggu giliran di perintahkan tuk datang seolah masih kurang tuk hanya sekedar menyadarkan bahwa kitu sungguh sudah teramat hina dan berselimut kesalahan... masih saja ada yg berteriak angkuh dengan kebanggaan, masih saja ada yang mengangkat kepala dengan kesobongan, masih saja ada yang tak berasa karena tak lagi memiliki jiwa yang dipenuhi kesadaran.. dan masih saja mereka bertebaran tanpa rasa kehawatiran jika lusa ia tiada Hisaban Alloh sungguh akan datang..
Semua seolah telah mati suri.... semua tampak seperti onggokan mayat tanpa arti yang tak lagi memahami arti teguran ini... kita sungguh telah mati rasa, buta dan mungkin juga telah benar benar tuli.. bahkan mereka, para pemimpin dan wakil negeri mimpi hampir semua tak lagi memiliki nurani...
Di negeri mimpi tangisan rakyat melengking tinggi menggoyangkan tiang - tiang langit namun suara tawa para penguasa masih teramat jelas menggelegak diantara mobi-mobil mewah dan pakaian serba wah..
Dinegeri mimpi rintihan anak-anak jalanan dan kaum terlantar karena keadaan kian kenghujam menggelegar meretakkan bongkahan-bongkahan alam yang kian menganga dan membesar ... namun siulan para pemegang kunci-kunci kekuasaan masih lebih keras dan menggelegar tanpa perasaan melenyapkan lengkingan dalam kesakitan ..
Di negeri mimpi nasib rakyat kecil kian mengecil dan dianggap kecil hingga harga diri tak lagi berharga dan tak lebih berharga dari uang recehan para penguasa.. hingga bagi mereka untuk merasakan keadilanpun bagaikan berharap mimpi menyambangi kenikmatan yang entah kapan kan datang.. jangankan ia dapatkan, untuk memimpikannya saja mereka kesusahan.. lihatlan uang milyaran yang di rampok para pencuri tak beradab ternyata tak lebih mahal dari beberapa kilo asam atau sepotong buntut sapi dan beberapa potong singkong, sehingga yang menggasak milyaran uang rakyat yang diambil secara paksa dari tetesan keringat dan darah rakyat tak dapat ditangkap bahkan para aparat tampak enggan tuk mendekat hingga mereka begitu lebar tertawa terbahak-bahak menginjak-injak harga diri para penegak timbangan keadilan, sementara rakyat jelata yang dianggap mencuri walau tak terbukti dan jika pun iya hanya karena rasa laparnya begitu mudah digeledah dan dihinakan harga dirinya bahkan dijebloskan hampir tanpa asa... padahal kemiskinan mereka bagian janji para penguasa yang tersurat jelas dalam amanah titipan para pendiri bangsa dan negeri mimpi. Menjelang akhir tahun ini kita mendapat tontonan gratis para aktor amatiran yang katanya wakil suara rakyat negeri mimpi. bermain bersama skenario syahwat yang kian menggila tentang dunia dan kian membutakan mata mereka apalagi jika hatinya. bangsa ini seperti bangsa kecil yang hina dan tak memiliki harga diri sehingga untuk membesarkan dan memulyakannya saja para peguasa harus berangkat menyambangi negeri yang sungguh tak memiliki sejarah bermartabat tuk berbagi pelajaran kemulyaan. padahal penghuni negeri mimpi ini seharusnyalah yang menularkan kemulyaan karena mereka terahir bersama Al Qur'an...
Kenapa pembesar negeri mimpi hingga sempat berpikir utuk mendatangi negeri – negeri yang tk berbudi dan tak mengerti arti hak asasi hanya untuk mengambil pelajaran tentang kemulyaan berbagi dan saling menghrgai hak asaki... bukannya kita yang seharusnya mengajari mereka tentang kata dan makna hidup manusia karena terlahir bersama takdir kemusliman terbesar sedunia...??? lantas seimbangkah harga sebuah ongkos para siswa yang belajar itu dengan ilmu yang mereka dapatkan ? mungkin lebih baik harga itu di berikan bagi para penerus negeri ini yang sedang kesusahan belajar arti budi yang hakiki di beberapa negeri dengan sepenuh hati tanpa syahwat yang menguasai hati... atau mungkin kan lebih bermakna dan menjadi implementasi para penguasa memahami budi pekerti jika harga itu dibagi kepada para penderita di negeri mimpi ini... bisanya mereka tertawa dan menikmati hasil keringat rakyat jelata dinegeri mimpi sementara bangsa sedang dirundung duka.... sungguh mereka telah mati .... sunguh mereka telah mati, kami tak dapat pahami bahasa tanpa jiwa, yang kami pahami hanya kata-kata dengan budi yang tulus dari hati... memang sungguh mengerikan dan kan kian mengerikan jika kita bermimpi tentang esok yang masih juga takkan pasti . bahkan saat kita mengurai kata kata ini sebentar lagi hak diri akan dikebiri.... inilah negeri dengan jutaan mimpi.... inilah bahasa kami, bahasa yang selalu tersimpan dalam tahunan panjang mimpi mimpi sunyi kami...